Macan Sumeh adalah kelompok tani yang dinakhodai oleh para pemuda setempat dengan semangat inovasi dan keberlanjutan. Kelompok ini berfokus pada produksi kopi, mencakup tahap sebelum hingga pasca panen, untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasar lokal maupun internasional.
Misi utama Macan Sumeh adalah memajukan kesejahteraan para petani tanpa mengesampingkan nilai-nilai kelestarian alam. Mereka percaya bahwa keberlanjutan lingkungan adalah kunci keberhasilan pertanian jangka panjang, sehingga pengelolaan lahan dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Saat ini, Macan Sumeh beranggotakan lebih dari 100 petani yang bekerja sama dalam harmoni, berbagi ilmu, dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kepemimpinan pemuda yang progresif dan tekad kuat, kelompok tani ini tidak hanya menjadi penggerak ekonomi lokal, tetapi juga pelopor pelestarian alam di Desa Kejajar dan sekitarnya.
Kelurahan Kejajar berada di wilayah Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kecamatan Kejajar berjarak sekitar 17 Kilometer dari ibukota Kabupaten Wonosobo. Sebagai daerah pegunungan, Kecamatan Kejajar memiliki ketinggian wilayah antara 1.360 – 2.302 mdpl (meter di atas permukaan laut). Kondisi tersebut berpengaruh pada mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Kejajar yaitu meliputi bidang pariwisata, pertanian, dan perkebunan. Topografi Kecamatan Kejajar seperti daerah pegunungan pada umumnya yaitu tingkat kemiringan tanah yang tinggi. Kemiringan tanah pada Kecamatan Kejajar yaitu 0 – >40 persen. Kemiringan tanah 0 – 8 % seluas 1.246 ha, kemiringan tanah 8 – 15 % seluas 2.840 ha yang menjadi mayoritas tingkat kemiringan di Kecamatan Kejajar, sedangkan kemiringan tanah >40 % mencapai 725 ha. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab sering terjadinya peristiwa tanah longsor.
Desa Kejajar, yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, berada pada ketinggian 1.360 – 2.302 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara 15°C - 20°C. Sepanjang tahun 2020, curah hujan di Kejajar berfluktuasi, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Februari sebesar 660 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 21 mm (Sumber Profil Wilayah Ibu kota Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo). Secara administratif, Kelurahan Kejajar berbatasan dengan Desa Surengede di utara, Desa Canggal (Kabupaten Temanggung) di timur, Desa Sigedang dan Desa Tambi di selatan, serta Desa Serang di barat, dengan luas wilayah sebesar 58262 ha (582 km²).
Masyarakat Kejajar menghadapi tantangan erosi tanah akibat minimnya pemahaman tentang konservasi tanah, terutama pada tanah Andosol yang rentan erosi. Alih fungsi lahan dari tanaman tahunan menjadi tanaman hortikultura memperburuk kondisi ini. Penelitian Mulki (2004) menunjukkan tingkat kepekaan erosi yang tinggi di Kecamatan Kejajar. Banyak petani masih melakukan budidaya tanaman searah lereng, yang menurut mereka lebih mudah, namun berpotensi meningkatkan erosi.
Di sisi lain, Desa Kejajar memiliki potensi besar dalam pengembangan produk kopi dari hulu ke hilir, meskipun proses pengolahan lahan dan pemupukan masih bergantung pada pupuk kimia yang dapat merusak kualitas tanah dan air, serta berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan meningkatnya pengeluaran petani karena pembelian pestisida/pupuk kimia yang berimbas terhadap menurunnya pendapatan akhir petani pasca panen.
Intervensi agroforestry menjadi salah satu upaya penting untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah erosi serta longsor dalam skala yang lebih luas. Agroforestry menggabungkan pertanian dengan praktik kehutanan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan memperkuat struktur tanah. Penerapan teknik ini tidak hanya membantu dalam pelestarian lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi petani lokal.
Selain potensi pertanian, Kejajar juga memiliki potensi wisata alam yang sangat indah dengan pemandangan alami yang mempesona. Inisiatif warga dalam membangun trek menuju puncak Bukit Setlerep dan rencana pembangunan camping ground serta jalur jungle tracking menunjukkan potensi besar dalam sektor pariwisata. Selain itu, seringkali para pemuda dan pemerhati lingkungan juga menemukan satwa satwa liar yang berada disana, diantaranya perjumpaan satwa jenis kucing-kucingan hutan dan burung elang yang merupakan satwa satwa dilindungi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan Desa Kejajar memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Sementara itu, permasalahan yang dihadapi adalah data kenekaragaman hayati tersebut tidak terdokumentasikan dengan baik sehingga data maupun informasi potensi tersebut rawan hilang.
Informasi ini sangat manarik untuk menjadikan Kejajar menjadi desa ramah satwa dimana semua satwa yang ditemui dapat di data dan dikumpulkan menjadi satu kesatuan data yang nantinya akan sangat berguna untuk meningkatkan nilai Desa Kejajar serta meningkatkan kenekaragaman hayati di Desa Kejajar.
Dari permasalahan ini maka perlu ada solusi pengumpulan dan ruang data kehati yang memadai, fleksible, akurat dan uptodate sehingga potensi tersebut dapat terkumpul dan ditampilkan sebagai daya Tarik wisata konservasi didesa kejajar. Rumah Data Kehati Kejajar adalah sebuah sistem yang memaksimalkan kegiatan pengumpulan data dan menggunakan “kekuatan informasi” untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan, termasuk upaya mengumpulakan data menampilkan dan menganalisis data tersebut.
Rumah ini memiliki empat komponen pengambilan data utama yaitu: data spasial lokasi; tanggal dan waktu pengambilan data; data observasi flora fauna di kejajar. Selain itu juga akan ada dashboard yang menampilkan dokumentasi perjumpaan satwa serta sebaran data satwa dalam bentuk webgis spasial dan statistik.
Teknis pengumpulan data nantinya menggunakan smartphone dengan diisi aplikasi Rumah Data yang di develop sesuai dengan keinginan pengguna. Nantinya setiap orang yang memiliki aplikasi dan akses rumah data akan dapat berkontribusi secara langsung dalam pengumpulan data tersebut sehingga semakin lama semakin banyak data dan akan sangat mudah untuk menganalisis dan mempresentasikan keanekaragaman hayati desa Kejajar. Melihat kondisi tersebut, maka pembangunan Rumah Data menjadi sangat penting dalam mendokumentasikan potensi keanekaragaman hayati serta sebagai penunjang pengembangan wisata Desa Kejajar. Rumah Data akan berfungsi sebagai pusat informasi yang mengumpulkan dan mengelola data tentang keanekaragaman hayati, potensi wisata, serta berbagai sumber daya desa yang berharga. Informasi ini akan digunakan untuk merancang strategi pengembangan wisata yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat lokal, termasuk perempuan dan anak muda.
Tidak terdapat tanaman endemic akan tetapi terdapat tanaman yang mendominasi diareah perbukitan yaitu Pinus, Sengon dan Akasia. Sementara satwa endemik yang terdata antara lain Kucing Hutan, Elang, Ular Bido, Babi Hutan, Burung Kutilang, Burung Bentet Kelabu dll.